Kesultanan Air Pura

Kesultanan Air Pura

Kesultanan Air Pura
Kesultanan Air Pura

Kesultanan Air Pura merupakan salah satu Kerajaan Islam Melayu yang pernah berdiri di wilayah Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Asal mula kesultanan ini adalah asal mula berdirinya Kesultanan Indrapura, sehingga bisa disebut juga Kesultanan Indrapura lama. Tidak banyak sumber ataupun bukti-bukti yang diperoleh mengenai keberadaan Kesultanan Air Pura.

Kesultanan Air Pura diperkirakan ada sekitar abad ke-9 M hingga 12 M. Awal mula berdirinya Kesultanan Air Pura saat Zatullahsyah (anak cucu Iskandr Zulkarnain) datang ke Air Pura dan mendirikan Kesultanan Air Pura, Teluk Air Pura. Dalam sumber lain disebutkan bahwa Kesultanan Indrapura berdiri di atas keruntuhan Kerajaan lama Indrapura yakni periode Kerajaan Teluk Air Pura abad 9 sm – 12 m (80 sm – 1100 m). Kerajaan Indrapura lama didirikan anak cucu leluhur Iskandar Zulkarnaini (356-324 sm, putra Pilipeaus raja ke-2 Masedonia, 382-336 sm). Tidak disebut nama pendirinya kecuali pimpinan adat. Ada disebut tahun 134 sm lahir Indo Juita (keturunan Iskandar Zulkarnaini) kemudian tahun 110 sm menikah dengan Inderajati moyang Indrapura (asal Parsi – Turki) dan melahirkan keturunan raja-raja.

Wilayahnya Air Pura meliputi Muara Campa, Air Puding, dan Air Pura dekat Muara Air Sira dan Sungai Bantaian Indrapura sekarang. Basis perekonomian rakyat adalah bertani dan mencari hasil hutan.

Zatullahsyah memerintahkan Sri Sultan Maharaja Diraja, putra dari adiknya yang bernama Hidayatullahsyah, untuk pergi ke Gunung Merapi. Maharaja Diraja pergi didampingi temannya Cati Bilang Pandai dan dibantu sepupunya Sultan Muhammadsyah. Disana ia mendirikan kerajaan Parhyangan (Pariangan), dalam sumber lain disebut Minangkabau.

Sri Sultan Maharaja Diraja kawin dengan Puti Jamilan dan melahirkan Datuk Ketumanganggungan. Setelah Sri Sultan wafat Puti Jamilan dinikahkan dengan Cati Bilang dan melahirkan Datuk Parpatih nan Sabatang.

Kesultanan Air Purah dibagi empat periode, dua periode pertama kerajaan air pura adalah kepemimpinan Kerajaan Indrajati (Indra di laut) pada abad ke-12 M hingga ke-16 (tahun 1100 M – 1500 M). Berawal dari datangnya Indrayana, putra mahkota Kerajaan Sriwijaya yang terusir karena masuk Islam. Indrayana menetap di pasir ganting dan mendirikan Kerajaan Indrajati. Ia sendiri merupakan Raja pertama Kerajaan Inderajati dan anaknya bernama Indrasyah Sultan Galomatsyah menjadi raja yang kedua Pada perkembangannya, kerajaan ini pernah menjadi salah satu tujuan ekpedisi Pamalayu I (1247) selain Darmasraya.

Dua periode selanjutnya measa kepemimpinan Regen pada abad ke-11 sampai abad ke-20 (1100 – 1500). Kerajaan Air Pura yang berubah menjadi Kesultanan Inderajati, kemudian mengalami perubahan kembali dengan naiknya Cuamntang Sultan menjadi raja ke 11 Inderajati. Kesultanan Inderajati berubah menjadi Kesultanan Inderapura dengan cumatang Sultan menjadi Raja bergelar Sultan Iskandar Johan berdaulatsyah. Sejak saat itu, nama Kerajaan Air Pura ataupum Inderajati hilang digantikan dengan Kesultanan Inderapura.

Keberadaan Kesultanan ini dibuktikan dengan 218 situs dari 7000 situs di Sumatera Barat. 44 situs diakui Cagar Budaya dan dikukuhkan Mendikbud RI. Di antaranya (1) bekas istana Raja/ Sultan (1824), (2) bekas istana Regen di Pasar Minggu dekat peninggalan meriam R.Gil Pin FE CIT.J768, (3) Rumah Mangkubumi (perdana menteri) Kesultanan, (4) Rumah Gadang Mandeh Rubiyah di Lunang, berfungsi museum penyimpan benda-benda peninggalan Bundo Kandung seorang raja putri Kerajaan Minangkabau yang mengirap (berjalan punya etape tertentu) kembali ke Lunang dari Kerajaan Pagaruyung pasca kalah perang melawan raja Tamiai Tiang Bungkuk (1520). Diakui Mendiknas sebagai Museum Lokal Sumatera Barat di Pesisir Selatan. Juga berfungsi tempat kediaman Mandeh Rubiyah Rakina (keturunan ke-7 dari Bundo Kandung). (5) Situs dalam bentuk arsitektur sakral (imarah diniyah) wujud Masjid Agung (1850) masa Regen ke-2 Marah Ripin. (6) Gobah komplek pemakaman raja-raja Kesultanan Indrapura seluar 0,5 Ha. (6) Makam raja Tuanku Badarah Putih. (7) Makam Bundo Kandung (Salareh Pinang Masak, raja perempuan Pagaruyung), (8) Makam Dang Tuanku, (9) Makam Puti Bungsu istri Dang Tuanku. (10) Makam Cindur Mato raja dan tokoh legendaries Minang.


Sumber: 

No comments:

Post a Comment

x
Ikuti kami di Facebook