Sejarah Kesultanan Riau Lingga

Sejarah Kesultanan Riau Lingga


Kesultanan Riau Lingga merupakan Kerajaan Islam Melayu di Kepulauan Riau pada paruh pertama abad ke-19. Kemunculan kesultanan ini dapat di ditelusuri dari sejarah Kesultanan Malaka dan Johor. Ketika Kesultanan Malaka berdiri pada abad ke-15 M, Riau Lingga merupakan daerah yang termasuk dalam kekuasaan Malaka. Ketika Malaka runtuh karena serangan Portugis muncul Kesultanan Riau Johor.

Berdirinya kesultanan ini tidak terlepas dari peranan Belanda dan Inggris yang ikut campur dalam konflik internal keluarga istana Kesultanan Riau Johor. Pada tahun 1811, Sultan Johor Mahmud Syah III wafat, dan putra tertunya, Husin sedang tidak berada di Johor.

Akhirnya, Abdul Rahman Muazzam Syah, adik tiri Hussin diangkat sebagai sultan dengan dukungan Belanda, dan sempat berkuasa hampir tujuh tahun sampai tahun 1819. Hussin sangat kecewa dengan pelantikan itu. Potensi konflik ini kemudian dimanfaatkan oleh Inggris untuk memdekati Hussin. Atas dukungan Inggris, Hussin akhirnya berhasil menjadi sultan dengan imbalan pemberian konsesi atas Singapura kepada Inggris, sedangkan Abdul Rahman menjadi Raja di Riau Lingga atas dukungan Belanda.


Sultan Riau Lingga

1. Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah (1818 – 1832)

2. Sultan Muhammad II Muazzam Syah (1832 – 1835)

3. Sultan Mahmud IV Mudzafar Syah (1835 – 1857)

4. Sultan Sulaiman II Badarul Alam Syah (1857 – 1883)

5. Sultan Abdul Rahman II Muazzam Syah (1883 – 1930)


Struktur Pemerintahan Kesultan Riau Lingga

Struktur tertinggi dalam Kesultan Riau Lingga berada di tangan Sultan (Yang Dipertuan Besar) berkedudukan Daik, Pulau Lingga. Namun dalam praktiknya, sebenarnya yang memegang kekuasaan tertinggi adalah penjajah Belanda. Dalam menjalankan roda pemerintahan, sultan harus bekerja sama dengan Raja Muda (Yang Dipertuan Muda) yang berkedudukan di Pulau penyengat, dan juga dengan Residen Belanda yang berkedudukan di Tanjung Pinang. Setiap keputusan Sultan dan Raja Muda harus mendapat persetujuan Residen Belanda di Tanjung Pinang, namun sejak pemerintaha Sultan Abdul Rahman II Muazzam Syah peran Raja Muda dihapuskan dan pusat Kesultanan dipindahkan di Pulau Penyenga.

No comments:

Post a Comment

x
Ikuti kami di Facebook